Jumat, 06 Juli 2012

Mintalah Pendapat Pada Hatimu

Setiap orang memiliki cermin di dalam diri, itulah hati nurani. Perkataan hati nurani adalah kejujuran. Anjurannya adalah kebaikan. Kecenderungannya adalah pada kebenaran, sifatnya adalah kasih sayang. Ia akan tenang bila kita berbuat baik dan gelisah bila kita berbuat dosa. Bila ia bersih dan sehat maka ia akan menjadi juru bicara Tuhan di dalam diri kita. Bila ia bening dan berkilat maka ia akan menangkap wajah Tuhan. Hanya sayangnya kita sering mencampakkan nurani kita sendiri bahkan membunuhnya dengan perilaku-perilaku kita. Curang hanya demi serupiah keuntungan, bohong hanya untuk kesenangan sesaat, kikir padahal harta melimpah, dengki terhadap kebahagian orang lain, menolak kebenaran karena sebuah gengsi. Akibatnya nurani kita tertutup dan mati sehingga tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Seorang sahabat Nabi Saw yang bernama Wabishah ra datang dengan menyimpan pertanyaan di dalam hatinya tentang bagaimanakah cara membedakan antara kebajikan dan dosa. Sebelum Wabishah bertanya, cermin hati Nabi Saw telah menangkap isi hatinya. ” Wahai Wabishah, mau aku jawab langsung atau engkau utarakan pertanyaanmu terlebih dahulu?” Wabishah menjawab,” Jawab langsung saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,” Engkau datang untuk bertanya bagaimana membedakan antara kebajikan dan dosa.” Wabishah berkata, “Benar.” Beliau Saw merapatkan jari-jarinya dan menempelkannya pada dada Wabishah, seraya bersabda “Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu, wahai Wabishah. Sesuatu itu adalah kebaikan bila ia membuat hati tenteram, membuat jiwa tenteram, sedangkan dosa membuat kegelisah dalam hati dan kegoncangan dalam dada.(Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu), meskipun orang-orang telah memberikan pendapat mereka kepadamu tentang hal itu.” ( HR.al-Darimi dari Wabishah ra )

Namun bagi orang yang berhati munafik, banyak berbuat dosa dan maksiat akan sulit sekali mendapatkan pertimbangan hati. Karena hatinya sudahnya tertutup oleh tumpukan dosa, sehingga sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan tidak ada lagi rasa malu atau perasaan tidak enak ketika melakukan suatu perbuatan berdosa. Hati, mata, dan telinganya sudah ditutup. Makanya orang tersebut sering sekali melakukan dosa, misalnya berdusta/berbohong dan akan terus dilakukannya tanpa ada perasaan bersalah/berdosa lagi.

Sekarang ini cobalah kita tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, pada posisi mana kita berada saat ini. Apakah kita termasuk orang yang merasa ”tidak nyaman” ketika kita mau melakukan perbuatan dosa? Atau kita tidak merasakan ketidaknyamanan itu lagi? Kalau iya, kita masih merasakan ketidaknyamanan, kegelisahan ketika kita mau melakukan suatu perbuatan dosa, maka bersyukurlah, itu berarti hati nurani kita masih hidup dan pertahankan serta tingkatkanlah, ketakwaan, keimanan dan kedekatan kita kepada Allah. Namun jika ternyata kita temukan diri kita, sudah tidak pernah merasakan rasa bersalah, gelisah, saat kita mau dan sudah melakukan perbuatan dosa, maka segera bertobatlah, karena jangan-jangan kita sudah terlalu lama berada dalam kelompok orang-orang yang tidak malu melakukan dosa, atau merasa biasa-biasa saja ketika melakukan suatu perbuatan dosa yang kita anggap sebagai dosa kecil, misalnya berdusta? Tanyakan dengan jujur pada diri kita masing-masing, dan hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.

Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku untuk senantiasa berpegang pada agama-Mu. (HR Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Menjaga Lisan

Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali kita gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.

Allah Swt telah memerintahkan kita semua untuk berkata yang benar, seperti tertulis dalam firmanNya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab: 70)

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6092)
Rasulullah bersabda:“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari No. 6091 dan Muslim No. 6988 dari Abu Hurairah )

Rasulullah bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari hadits no. 6089 dan Al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu Hurairah)
Berikut ini beberapa manfaat menjaga lisan kita menurut hadits shahih :

Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6090 dan Muslim no. 48)
Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab: “(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)
Mendapat jaminan dari Rasulullah Saw untuk masuk ke surga. Rasulullah Saw bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d: “Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. Al-Bukhari no. 6088)
Dalam riwayat Al-Imam At-Tirmidzi no. 2411 dan Ibnu Hibban no. 2546, dari shahabat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang dijaga oleh Allah dari kejahatan apa yang ada di antara dua rahangnya dan kejahatan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka dia akan masuk surga.”
Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya. Rasulullah bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 6092)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda. “Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta” (HR. Muslim hadits no. 1715.)
Dalam riwayat Al-Imam Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin (3/11), dari shahabat Bilal bin Al-Harits Al-Muzani bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.”

Karena itu, marilah kita berpikir terlebih dahulu, atas segala sesuatu yang mau kita katakan. Jika sekiranya apa yang akan kita katakan tidak akan membawa mudharat, maka silahkan kita berbicara. Akan tetapi, jika kita perkirakan perkataan kita itu akan membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka sebaiknya kita tidak usah berbicara.

Setelah kita mengetahui keutamaan menjaga lisan dan bahayanya jika kita tidak bisa menjaganya, mari mulai sekarang kita jaga lisan kita dengan sebaik-baiknya, karrena segala esuatu yangkita ucapkan, kelak akan diminta pertanggungjawabannya dihadapan Allah Swt.

Kamis, 05 Juli 2012

Dalam Zikir Dan Doa

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Wahai orang-orang yang beriman, (untuk bersyukur kepada Allah) ingatlah sertasebutlah nama Allah dengan ingatan serta sebutan yang sebanyak-banyaknya; Dan bertasbihlah kamu kepadaNya pada waktu pagi dan petang

(Surah Al-Ahzab: Ayat 41-42)

Allah adalah matlamat kita. Dialah yang mencipta dan memberi rezeki kepada kita, maka patutkah kita lupa untuk berzikir padaNya. Adakah sesuatu yang dapat membahagiakan kita saat mengingatinya yang dapat menandingi kebahagiaan yang tidak tertanding sesuatu apapun. la adalah penghampiran kepada Allah kerana kemesraan dengannya ketenangan jiwa di sampingNya, kelapangan dada dengan NurNya, keamanan dalam pengawasanNya, penyerahan mutlaq kepadaNya serta kepasrahan kepadaNya. Tiada ada lagi ketakutan, kegelisahan, kebimbangan, kecelakaan dan tiada kegoncangan.

Allah Subhanahu waTa’ala berfirman:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah “. Ketahuilah dengan “zikrullah ” itu, tenang tenteramlah hati manusia.

(Surah Ar-Ra’d: Ayat 28)

Setiap kali kamu mengingati Allah maka kamu akan bersama Allah dan Dia bersama kamu bersama Zat Yang Maha Kaya, Maha Kuat, Maha Memaksa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pemberi Rezeki. Di tanganNya segala urusan dan Dia Maha Atas segala sesuatu kerana itu. Janganlah kamu merasa berhajat pada sesuatu apa pun. Apakah yang diperlukan oleh orang yang tidak bersama Allah? Tiada apapun, setiap kali kamu berzikir kepada Allah dengan menyebut salah satu nama atau sifatNya maka akan ada pengaruh dan kesan istimewa dalam jiwa serta hatimu. la juga memberikan bekalan pada ruh sehingga tinggi menggunung, setiap kali zikirnya kepada Allah bertambah (meningkat) maka darjatnya di sisi Allah pun semakin tinggi. Sementara orang yang lalai dari zikif maka akan dikuasai oleh bisikan-bisikan syaitan yang menyuruhnya untuk membuat maksiat menuruti syahwat, melakukan dosa. Amal-amal jahat dan begitulah seterusnya, hingga ia benar-benar terhumban ke tempat yang paling rendah dan hina. Maha Benar Allah berfirman:

Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang lalai.

(Surah Al-A’raf: Ayat 179)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

Oleh itu ingatlah kamu kepadaKu (dengan mematuhi hukum dan undang-undangKu), supayaAku membalas kamu dengan kebaikan; dan bersyukurlah kamu kepadaKu dan janganlah kamu kufur (akan nikmatKu).

(Surah Al-Baqarah: Ayat 152)

Adakah lagi darjat yang lebih tinggi dari darjat orang yang sentiasa diingati Allah Subhanahu wa Ta’ala. la berada dalam penjagaan, pemeliharaan, rahmat dan kurniaNya? Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman: ‘Aku menurut prasangka hambaKu tentang Aku; Aku bersamanya bila ia mengingatiKu. Bila ia mengingatKu dalam jiwanya, maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Bila ia mengingatKu di tengah khalayak maka Aku akan mengingatnya di tengah khalayak yang lebih baik.”

(Hadith riwayat Bukhari dan Muslim)

Dengan berzikir kepada Allah kita dapat melepaskan diri dari suasana buruk serta fitnah yang menimbun, dapat menyucikan hati untuk kembali kepada Allah dan mengikhlaskan diri kepadaNya:

Katakanlah wahai Muhammad kepada mereka): “Maka segeralah kamu kembali kepada Allah (dengan bertaubat dan taat), sesungguhnya aku diutuskan Allah kepada kamu, sebagai pemberi amaran yang nyata.”

(Surah Az-Zariyat: Ayat 50)

Sesungguhnya apabila kita mengingati Allah, maka syaitan akan bersembunyi, berpaling, dan tidak menggoda kita, hinggalah kita bersih dari segala kotorannya.

Apabila kita menghayati setiap sifat atau nama Allah yang kita gunakan untuk zikir, maka keimanan kita kepadaNya akan semakin bertambah dan pengagungan kita kepadaNya juga bertambah. Ini merupakan sebaik-baik bekalan bagi kita dalam menempuh jalan dakwah ini.

Rahmat yang meliputi kita dan ketenangan yang turun pada kita di saat duduk bersama untuk berzikir adalah bekalan yang sangat baik. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan:

Tidaklah duduk suatu kaum untuk berzikir kepada Allah, kecuali malaikat mengelilingi mereka, rahmat menyelubungi mereka, ketenangan turun kepada mereka, dan Allah menyebut mereka di kalangan malaikat yang ada disisiNya.

Di samping itu, Allah juga berbangga dengan majlis zikir tersebut di hadapan para malaikat.

Zikir kepada Allah dapat mendorong kita untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat mulia yang layak bagi kita dan menjauhi sifat-sifat terlarang; setiap kali kita mengingati Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Baik, Maha Penyantun, Maha Pemurah, Maha Penyabar, Maha Pengampun, maka kita akan terdorong untuk mendapatkan rahmat Allah dengan mengasihi orang yang ada di bumi. Agar kita mendapat kemurahan Allah, kita mestilah bersikap pemurah dan dermawan kepada makhlukNya yang fakir dan memerlukan, agar kita mendapat keampunan dari Allah. Kita juga mestilah suka memaafkan orang-orang yang berbuat jahat pada kita. Begitulah selanjutnya, semuanya merupakan bekal yang baik untuk kita.

Oleh kerana zikir memiliki nilai kebaikan yang banyak, maka Allah menyeru kita agar berzikir kepadaNya di semua kesempatan dan waktu, hingga kita tidak terhalang dari mendapat kebaikan dan kebersamaan denganNya itu. Allah SubhanahuwaTa’ala berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, (untuk bersyukur kepada Allah) ingatlah serta sebutlah nama Allah dengan ingatan serta sebutan yang sebanyak-banyaknya; Dan bertasbihlah kamu kepadaNya pada waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepada kamu – dan malaikatNya pula (berdoa bagi kamu) – untuk mengeluarkan kamu dari gelap-gelita (kufur dan maksiat) kepada cahaya yang terang-benderang (iman dari ta’at); dan adalah Ia sentiasa melimpah-limpah rahmatNya kepada orang-orang yang beriman (di dunia dan di akhirat).

(Surah Al-Ahzab: Ayat 41-43)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(yaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): “Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka.”

(Surah Ali-’Imran: Ayat 191)

Ini adalah kemurahan dan kurnia Allah; Dia mengizinkan kita untuk mengingatiNya dalam setiap keadaan, hinggakan ketika berbaring sekalipun. Maha Suci Engkau, Wahai TuhanKu, alangkah mulianya Engkau!

Wahai saudaraku, biasakanlah membasahi lidahmu dengan zikir pada Allah; zikir kepada Allah ketika makan, minum, berpakaian, tidur, bangun, menuju tempat kerja, di tengah-tengah bekerja, dan dalam semua keadaan. Jangan biarkan satu waktu pun berlalu dengan sia-sia.

Bila kamu tidak sibuk bekerja atau menunaikan sesuatu ibadah, maka sibukkanlah dirimu dengan berzikir pada Allah, sudah pasti kamu akan dapat mengecap kebaikan yang berlipat ganda, mendapat ketenangan bersama dengan Allah, dan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu yang dikehendakiNya.

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa yang dimaksudkan zikir pada Allah itu adalah zikir dengan hati, mendahului yang lain. Hal itu akan tercermin pada anggota badannya; apabila lisan berzikir, ia tidak akan berkata kecuali yang baik; apabila mata berzikir, ia tidak akan melihat kepada yang haram; apabila telinga berzikir kepada Allah, ia tidak akan terdengar hal-hal yang mengundang murka Allah; apabila tangan berzikir kepada Allah, ia tidak akan bergerak pada keburukan atau dosa. Demikian juga kaki. Bahkan akal tidak akan memikirkan yang haram dan tidak akan terlintas dalam hati kecuali yang baik.

Demikianlah pengertian zikir sebenarnya. Sewajarnya kita mengatakan bahwa segala hal yang kita merasai terdapat pengawasan Allah dalam hal tersebut dan menyadari Allah : melihat hal itu, maka berarti anda sedang berzikir. Dengan itu, bertaubat adalah zikir, berfikir merupakan salah satu zikir yang tertinggi nilainya, menuntut ilmu adalah zikir, mencari rezeki juga zikir bila niatnya baik, dan begitulah seterusnya.

Apabila zikir kita dalam segala keadaan itu diiringi dengan zikir kepada Allah ketika bersendirian, maka akan memberikan pengaruh, kenikmatan di dalam hati. Zikir itu dapat menyinari dan melapangkan hati terutama bila disertai dengan air mata kerana takut pada Allah. Di antara tujuh golongan yang mendapat naungan dari Allah pada saat tidak ada naungan kecuali naunganNya adalah: Seorang yang berzikir kepada Allah ketika bersendirian, lalu matanya berlinangan.

Manusia senantiasa bersusah payah mencari kebahagiaan dan ketenangan. Mereka rela membelanjakan harta yang banyak untuk mendapatkannya, namun mereka tetap tidak memperolehnya di dalam usaha kebendaan mereka. Padahal, ke­bahagiaan, ketenangan, dan ketentraman itu mudah diperolehi oleh orang yang beriman kepada Allah dan berdo’a dengan ikhlas kepadaNya.

Orang-orang yang lalai dan ingkar tidak berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bila ditimpa kemalangan atau ditimpa bencana, mereka ingat kepada Allah dan kembali padaNya dengan berdo’a agar Allah menyelamatkan mereka dari kemalangan atau bencana itu, dan bila Allah telah menghilangkan bencana itu, mereka kembali pada kelalaian dan keingkarannya. Berbeda dengan orang mu’min, ia selalu ingat kepada Allah di waktu senang maupun susah; dalam segala
keadaan ia selalu ingat kepada Allah, dan tidak akan melupakanNya.

Zikir orang mu’min ketika sihat dan memiliki harta adalah syukur kepada Allah dan menyedari kurnia Allah atas dirinya. Dia tidak bersikap melampaui batas dan tidak terpesona dengan fitnah dunia. Apabila ia mengingati Allah ketika berada dalam kesulitan dan kesempitan, Allah akan menghilangkannya dan menggantikannya dengan ketenangan, ketenteraman, dan kemesraan.

Pada kesempatan ini saya teringat dengan salah seorang ikhwah yang dipenjarakan, dan ruangan di dalamnya amat sempit dalam keadaan bersendirian, dan pintunya selalu tertutup di sepanjang waktu. Namun dengan berzikir pada Allah, ia merasakan kemesraan dan ketenangan jiwa, tidak merasakan bahwa penjara itu ada temboknya dan ada pintunya yang selalu tertutup. Ia merasa seolah-olah sedang berada di tengah alam yang sangat luas.

Penjaga yang ada di depan pintu penjara itu mengetahui bahwa saudara kita itu berada dalam kesempitan karena pintu selalu tertutup. Ia kasihan kepada saudara kita itu. Justru itu, ia mencari peluang ketika pihak atasan sedang leka, lalu membuka pintu sedikit seketika waktu, untuk meringankan saudara kita ini. Akan tetapi saudara kita itu memberitahu bahwa, ketika pintu dibuka, ia merasa terasing dan terganggu kemesraannya di saat hanyut dalam berzikir kepada Allah.

Di antara kurnia yang dianugerahkan kepada kita dan balasan baik yang diberikan pada orang-orang yang selalu berzikir kepada Allah ialah apa yang tercantum dalam hadith berikut:

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Barangsiapa yang sibuk mengingatKu hingga lupa memohon kepadaKu, maka Aku akan memberinya yang lebih utama dari apa yang Ku berikan kepada orang-orang yang meminta kepadaKu.

(Hadith riwayat Muslim)

Sesungguhnya tahlil (La Ilaha Illallah), takbir (Allahu Akbar), tasbih (Subhanallah), istighfar (Astaghfirullah), pujian, sanjungan, sholawat dan salam kepada Rasulullah mengundang nilai karunia besar dan pahala yang besar. Banyak ayat dan hadits Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam yang menjelaskan tentangnya, bahkan sebahagian do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan hal-hal di atas. Betapa perlunya kita kepada zikir itu, untuk meraih berbagai kebaikan dan menghindari kejahatan.

Manakala do’a, ia merupakan salah satu sumber terpenting bagi bekalan perjalanan, sebab do’a itu pada hakikatnya adalah : sumber hamba itu berkehendak dan merasakan kekuasaan Allah serta keyakinan bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman Allah. Itu merupakan hakikat perhambaan kepada : Allah, penyerahan secara mutlak kepadaNya, dan keimanan kepadaNya. Perasaan hancur, lemah, merendah diri di hadapan Allah serta pengakuan akan kurnia Allah, kebaikanNya, dan bahawa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, serta hidupnya hati dengan makna-makna tersebut, pada hakikatnya merupakan bekal yang sangat agung.

Do’a itu merupakan ‘ibadah, keengganan kita berdo’a merupakan kesombongan dan keingkaran. Antara kurnia Allah kepada kita ialah Ia menyeru kita agar berdo’a dan berjanji akan mengabulkannya:

Dari Al-Nu’man bin Basyir Radiyallahu ‘anhu bahawasanya Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:

Do’a adalah ‘ibadah. Kemudian Baginda membaca ayat:

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepadaKu nescaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk ke neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Surah Ghafir:Ayat60)

(Hadith riwayat Abu Daud)

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu iaberkata: Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa tidak mahu bermohon kepada Allah, Allah akan murka kepadanya.

(Hadith riwayat At-Tirmizi)

Alangkah indahnya kalau para ikhwah saling mendo’akan kebaikan; masing-masing berdo’a untuk saudaranya tanpa disedarinya.

Diriwayatkan daripada Abu Darda’ Radiyallahu ‘anhu, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Tidaklah seorang hamba Muslim berdo’a untuk saudaranya tanpa pengetahuannya, melainkan malaikat berdo’a: “Semoga kamu memperolehi seperti yang kamu do’akan.”

(Hadith riwayat Muslim)

Seorang yang salih pernah berkata: “Berdo’alah dengan lisan yang belum pernah engkau gunakan untuk maksiat!” Ditanyakan kepadanya: “Bagaimana caranya?” la menjawab: “Engkau meminta saudaramu agar berdo’a kepada Allah untukmu.” Itu semua boleh memperkukuhkan ikatan kecintaan dan ukhuwwah kerana Allah.

Ada beberapa waktu yang do’a lebih layak untuk dikabulkan; di antaranya, ialah padam malam lailatulqadar, di antara azan dan iqamat, ketika sujud, musafir, hujan, sahur dan kegelapan malam.

Ada beberapa do’a yang berasal dari Al-Qur’an dan ada do’a yang ma’thur daripada Rasulullah. Ada juga do’a-do’a yang diucapkan oleh sebagian orang salih, kita boleh merujuk kepadanya memandangkan di dalamnya terdapat banyak kebaikan.

Pada waktu berzikir dan berdo’a ada beberapa adab yang mesti kita ta’ati agar dikabulkan oleh Allah dan diharapkan kita dapat mengambil manfa’at darinya. Di antara adab tersebut adalah: penumpuan hati; khusyu’; takut; tenang; sopan kepada Allah; memulai do’a dengan pujian dan sanjungan kepada Allah serta selawat terhadap Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam dan mengakhirinya seperti itu juga; tidak mengeraskan suara ketika berdo’a atau berzikir; mengulanginya sebanyak tiga kali; memilih do’a-do’a pendek tetapi maknanya luas mencakupi segala kebaikan; yakin akan dikabulkan; tidak tergesa-gesa; tidak inendo’akan keburukan untuk diri sendiri, keluarga atau harta; dan mulai dengan berdo’a untuk diri sendiri baru untuk orang lain, misalnya: “Ya Allah, berilah petunjuk kepada saya dan sipulan.”

Sesiapa yang mematuhi adab berdo’a dan zikir tersebut, maka dengan izin Allah, ia akan merasakan kenikmatan dalam hatinya, hatinya bercahaya, ruhnya bersinar, dadanya lapang, dan mendapat limpahan kurnia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Seorang Muslim yang hendak meninggalkan majlis zikir hendaklah bersikap khusyu’, beradab, dan menjauhi pergaduhan dan perkara sia-sia yang dapat menghapus manfa’at dan pengaruh zikir serta do’a.

Senin, 18 Juni 2012

Untuk kita renungkan

Bismillaah . . .
Ketika kita merenungkan kehidupan ini sambil
berbaring di kamar..
Jendela kamar tidur berkata:
“Lhatlah dunia di luar!”
Langit-langit kamar berpesan,
“Bercita-cita lah setinggi mungkin!”
Jam dinding berdetak mengisyaratkan
“Setiap menit itu berharga!”
Cermin mengatakan,
“Berkacalah sebelum bertindak!”
Kalender berbisik,
“Jangan menunda sampai besok!”
Pintu berteriak,
“Dorong yangg keras & pergilah!”
T A P I . . .
Yang wajib diperhatikan betul adalah pesan dari
lantai,
“Berlutut & berdoalah”
^,^
Salam Santun Ukhuwah karena-NYA…